Oleh:
Ustadz Ammi Nur Baits
Bismillah
was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah
Di
antara bencana yang menimpa pemuda Islam adalah sikap latah meniru kebiasaan
orang kafir. Salah satu di antaranya, memeriahkan Valentine’s Day. Kita
semua sepakat bahwa valentine datang dari budaya non muslim. Terlalu banyak
referensi tentang sejarah dan latar belakang munculnya hari valentine yang
mengupas hal itu. Saking banyaknya, mungkin kurang bijak jika kami harus
mengulas ulang pembahasan yang sudah berceceran tentang sejarah valentine.
Untuk itu, kami di sini hanya ingin meyakinkan bahwa valentine murni dari orang
kafir.
Klaim: Kami mengakui bahwa valentine’s day buatan orang kafir, tapi kami sama sekali tidak melakukan ritual mereka. Kami hanya menjadikan hari ini sebagai hari untuk mengungkapkan rasa cinta kepada kekasih. Sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan acara keagamaan. Apakah ini tetap dilarang?
Klaim: Kami mengakui bahwa valentine’s day buatan orang kafir, tapi kami sama sekali tidak melakukan ritual mereka. Kami hanya menjadikan hari ini sebagai hari untuk mengungkapkan rasa cinta kepada kekasih. Sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan acara keagamaan. Apakah ini tetap dilarang?
Jawab:
Alasan
ini tidak dapat diterima. Setelah Anda memahami bahwa hari valentine adalah
budaya orang kafir, ada beberapa konsekuensi yang perlul Anda pahami:
Pertama, turut memeriahkan valentine’s day dengan cara apapun, sama
saja dengan meniru kebiasaan orang kafir. Padahal Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam telah memberikan ancaman yang sangat keras, bagi
orang yang meniru kebiasaan orang kafir. Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُم
“Siapa
yang meniru suatu kaum maka dia bagian dari kaum tersebut.” (HR. Abu Daud
dan dishahihkan Al-Albani).
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
وهذا
الحديث أقل أحواله أن يقتضي تحريم التشبه بهم ، وإن كان ظاهره يقتضي كفر المتشبه
بهم كما في قوله : { وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ
مِنْهُمْ }
“Hadis
ini, kondisi minimalnya menunjukkan haramnya meniru kebiasaan orang kafir.
Meskipun zahir (makna tekstual) hadis menunjukkan kufurnya orang yang meniru
kebiasaan orang kafir. Sebagaiman firman Allah Ta’ala yang artinya,
‘Siapa di antara kalian yang memberikan loyalitas kepada mereka (orang kafir
itu), maka dia termasuk bagian orang kafir itu’. (QS. Al-Maidah: 51).” (Iqtidha’
Shirathal Mustaqim, 1:214)
Pada
hadis di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
membedakan tujuan meniru kebiasaan orang kafir itu. Beliau juga tidak
memberikan batasan bahwa meniru yang dilarang adalah meniru dalam urusan
keagamaan atau mengikuti ritual mereka. Sama sekali tidak ada dalam hadis di
atas. Karena itu, hadis ini berlaku umum, bahwa semua sikap yang menjadi
tradisi orang kafir, maka wajib ditinggalkan dan tidak boleh ditiru.
Kedua, memeriahkan hari raya orang kafir, apapun bentuknya,
meskipun hanya dengan main-main, dan sama sekali tidak diiringi dengan ritual
tertentu, hukumnya terlarang.
Ketika
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah, beliau
menjumpai masyarakat Madinah merayakan hari raya Nairuz dan Mihrajan. Hari raya
ini merupakan hari raya yang diimpor dari orang Persia yang beragama Majusi.
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang, beliau bersabda,
قَدِمْتُ
عَلَيْكُمْ ، وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ ،
وَقَدْ أَبْدَلَكُمُ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا : يَوْمَ
النَّحْرِ ، وَيَوْمَ الْفِطْرِ
“Saya
mendatangi kalian (di Madinah), sementara kalian memiliki dua hari yang kalian
gunakan untuk bermain di masa jahiliyah. Padahal Allah telah memberikan dua
hari yang lebih baik untuk kalian: Idul Qurban dan Idul Fitri”. (HR. Ahmad, Abu Daud, Nasai, dan dishahihkan Syaikh Ali
Al-Halabi)
Mari
kita simak dengan seksama hadis di atas. Penduduk Madinah, merayakan Nairuz dan
Mihrajan bukan dengan mengikuti ritual orang Majusi. Mereka merayakan dua hari
raya itu murni dengan main-main, saling memberi hadiah, saling berkunjung, dst.
Meskipun demikian, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap
melarang mereka untuk merayakannya, menjadikannya sebagai hari libur, atau
turut memeriahkan dengan berbagai kegembiraan dan permainan. Sekali lagi,
meskipun sama sekali tidak ada unsur ritual atau peribadatan orang kafir.
Oleh
karena itu, meskipun di malam valentine’s sekaligus siang harinya, sama sekali
Anda tidak melakukan ritual kesyirikan, meskipun Anda hanya membagi coklat dan
hadiah lainnya, apapun alasannya, Anda tetap dianggap turut memeriahkan budaya
orang kafir, yang dilarang berdasarkan hadis di atas.
Valentine’s Day Hari Zina Internasional
Sudah
menjadi rahasia umum, intensitas zina meningkat pesat di malam valentine. Hari
itu dijadikan momen paling romantis untuk mengungkapkan rasa cinta kepada pacar
dan kekasih.
Apabila
valentine hanya sekadar pacaran dan makan malam, setelah itu pulang ke
“kandang” masing-masing, ini cara valentine zaman 70-an, kuno! Saat ini,
valentine telah resmi menjadi hari zina.
Bukan
hanya mengungkap perasaan cinta melalui hadiah coklat, tapi saat ini dilampiri
dengan kondom. Allahu akbar! Apa yang bisa Anda bayangkan? Malam valentine
menjadi kesempatan besar bagi para pemuda dan mahasiswa pecundang untuk merobek
mahkota keperawanan gadis dan para wanita. Malam valentine diabadaikan dengan
lumuran maksiat dan dosa besar. Lebih parah dari itu, semua kegiatan di atas
mereka rekam dalam video untuk disebarkan ke berbagai penjuru bumi melalui
dunia maya. Bukankah ini bencana besar?! Innaa lillaahi wa innaa ilaihi
raajiuun..
Dimanakah
rasa malu mereka?! Dimanakah rasa keprihatinan mereka dengan umat?! Akankah
mereka semakin memperparah keadaan?!
Wahai
para pemuda pecundang…, jangan karena kalian tidak mampu menikah kemudian
kalian bisa sewenang-wenang menggagahi wanita??
Wahai
para pemudi yang hilang rasa malunya…, jangan karena sebatang cokelat dan
romantisme picisan Anda merelakan bagian yang paling berharga pada diri Anda. Laki-laki
yang saat ini sedang menjadi pacarmu, bukan jaminan bisa menjadi suamimu. Bisa
jadi kalian sangat berharap kasih sayang sang kekasih, namun di balik itu,
obsesi terbesar pacarmu hanya ingin melampiaskan nafsu binatangnya dan
mengambil madumu.
Bertaubatlah
wahai kaum muslimin…
Ingatlah
hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَلاَ
ظَهَرَتِ الْفَاحِشَةُ فِى قَوْمٍ قَطُّ إِلاَّ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمُ
الْمَوْتَ
“Jika
perbuatan kekejian sudah merebak dan dilakukan dengan terang-terangan di
tengah-tengah masyarakat, maka Allah akan menimpakan kehancuran kepada mereka.”
(HR. Hakim dan beliau shahihkan, serta disetujui Ad-Dzahabi)
Allahu
Akbar, bukankah ini ancaman yang sangat
menakutkan. Gara-gara perbuatan mereka yang tidak bertanggung jawab itu, bisa
jadi Allah menimpakan berbagai bencana yang membinasakan banyak manusia. Ya..
valentine’s day, telah menyumbangkan masalah besar bagi masyarakat. Sangat
tepat seperti kisah Nabi Musa ‘alaihis salam yang berdoa kepada Allah,
karena kelancangan yang dilakukan kaumnya yang menyembah anak sapi. Allah
abadikan dalam firman-Nya,
إِنَّ
الَّذِينَ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ سَيَنَالُهُمْ غَضَبٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَذِلَّةٌ
فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَكَذَلِكَ نَجْزِي
الْمُفْتَرِينَ (152)وَالَّذِينَ عَمِلُوا السَّيِّئَاتِ ثُمَّ تَابُوا مِنْ
بَعْدِهَا وَآمَنُوا إِنَّ رَبَّكَ مِنْ بَعْدِهَا لَغَفُورٌ
رَحِيمٌ (153) وَلَمَّا سَكَتَ عَنْ مُوسَى الْغَضَبُ أَخَذَ
الْأَلْوَاحَ وَفِي نُسْخَتِهَا هُدًى وَرَحْمَةٌ لِلَّذِينَ هُمْ لِرَبِّهِمْ
يَرْهَبُونَ (154) وَاخْتَارَ مُوسَى قَوْمَهُ سَبْعِينَ رَجُلًا
لِمِيقَاتِنَا فَلَمَّا أَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ قَالَ رَبِّ لَوْ شِئْتَ
أَهْلَكْتَهُمْ مِنْ قَبْلُ وَإِيَّايَ أَتُهْلِكُنَا بِمَا
فَعَلَ السُّفَهَاءُ مِنَّا إِنْ هِيَ إِلَّا فِتْنَتُكَ تُضِلُّ بِهَا مَنْ تَشَاءُ
وَتَهْدِي مَنْ تَشَاءُ أَنْتَ وَلِيُّنَا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنْتَ
خَيْرُ الْغَافِرِينَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang menjadikan anak lembu (sebagai sembahannya), kelak akan
menimpa mereka kemurkaan dari Tuhan mereka dan kehinaan dalam kehidupan di
dunia. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang membuat-buat
kebohongan. Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah
itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai dengan
iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesudah amarah Musa menjadi
reda, lalu diambilnya (kembali) luh-luh (Taurat) itu; dan dalam tulisannya
terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada Tuhannya. Dan
Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohonkan taubat kepada
Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Maka ketika mereka digoncang gempa
bumi, Musa berkata, “Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau
membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau akan membinasakan
kami karena perbuatan orang-orang yang BODOH di antara kami? Itu hanyalah
cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau
kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki.
Engkaulah Yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan
Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya.” (QS. Al-A’raf: 153 – 155)
Karena
itu, kami mengajak kepada mereka yang masih lurus fitrahnya. Berusahalah untuk
banyak istighfar kepada Allah. Perbanyaklah memohon ampunan kepada Allah. Kita
berharap, dengan banyaknya istigfar yang kita ucapkan di malam zina ini, semoga
Allah mengampuni hamba-hamba-Nya. Musa memohon ampunan kepada Allah, disebabkan
ulah kaumnya yang bodoh, yang mengundang murka Allah.
Yaa
Allah.., akankah Engkau membinasakan kami disebabkan ulah orang-orang BODOH di
malam valentine?
Ampunilah
kami Yaa, Allah..
Sumber: Konsultasiyariah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Syukron telah berkomentar