Oleh: Abu Muhammad Abdullah Al Munawy
( Ketua Umum UKM LDM AL-ADAAB FIB Unhas Periode 2010-2011 M)
Baru-baru
ini, untuk kesekian kalinya Solidaritas Muslim Se Fakultas Ilmu Sosial menyelenggarakan
kegiatan akbar. Kegiatan kali ini
bertajuk bedah buku dengan tema “Mengenal dan Menangkal Jaringan Islam Liberal”.
Kegitan ini merupakan kerjasama antara Solidaritas Muslim Se Fakultas Ilmu
Sosial dengan UKM LDK MPM Unhas serta didukung oleh Komunitas Gerakan Indonesia
Tanpa JIL Makassar .Walaupun diselingi berbagai kendala seputar belum fiks-nya
tempat kegiatan beberapa hari sebelum hari H, akhirnya qadarullah walhamdulillah
kegiatan ini berhasil di adakan di Ruang LT.8 Unhas
pada tanggal 29 Rajab 1433 H/19 Juni 2012. Tidak kurang sekitar 200
peserta ikhwa dan akhwat memadati kegiatan ini yang umumnya merupakan mahasiswa
dari beberapa kampus di Makassar.
Buku yang di bedah pada kegiatan kali ini
berjudul Islam Liberal 101 yang dibedah langsung oleh penulisnya sendiri yakni
Ust Akmal Sjafril,.ST.,M.PdI sebagai pemateri utama. Beliau merupakan alumni
Institut Teknologi Bandung di Jurusan Teknik Sipil. Adapun Program S2 beliau
tempuh di Program Pasca Sarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor. Hadir sebagai
pemateri pembanding yaitu Bapak Dr. Muhammad Rusdi, MSi. Beliau adalah dosen di
Jurusan Administrasi Negara FISIP Unhas yang sangat antusias dalam mengamati
isu-isu keislaman. Adapun moderator dalam kegiatan ini adalah Ust Syamsuddin La
Hanufi, S.PdI yang sementara menempuh pendidikan S2 di PPS Ibnu Khaldun Bogor.
Dalam
pemaparan awal materinya, Ust Akmal yang juga merupakan salah satu penelitian
INSINST ini menggambarkan bahwa Makassar dalam sejarahnya sangat disegani dan
terkenal akan ghiroh keislamannya. Beliau
menyebutkan sejarah tentang Buya Hamka yang sangat terkesan dengan Makassar
dalam sebuah tulisannya. Wajar saja beliau banyak tahu tentang pemikiran Buya
Hamka karena tesis untuk program S2
beliau mengkaji pemikiran Buya Hamka dalam kaitannya dengan toleransi dan
Aqidah. Alhamdulillah hasil penelitian dari tesis tersebut pun telah dibukukan.
Setelah memaparkan sekilas
tentang pemikiran Buya Hamka terkait Islam di Makassar, Ust Akmal langsung membahas
inti dari kegitan bedah buku tersebut yakni mengungkap kerancuan pemikiran
Islam Liberal yang dikemukakan oleh para tokoh-tokoh Jaringan Islam Liberal di
Indonesia. Karena keterbatasan waktu yang disediakan oleh panitia, beliau tidak
membahas keseluruhan dari isi buku poin per poin. Beliau hanya mengambil dari sebagian
kecil isi buku saja. Awalnya, beliau menjelaskan tentang pengertian Islam
Liberal yang dikemukakan oleh para tokoh, baik oleh para pemikir barat maupun
orang JIL sendiri. Intinya kata beliau, para tokoh Liberal sendiri belum paham
tentang apa sebenarnya Islam Liberal. Ada seorang tokoh liberal bernama Lutfie Asy
Syaukani menyebutkan bahwa Islam Liberal berarti Islam Protestan. Ada juga
tokoh Islam liberal yang sekadar mengklaim bahwa Islam Liberal merupakan upaya
memajukan pemikiran yang berorientasi pada masa depan dengan bukan berpatokan pada
dalil-dalil Al-Qur’an dan As Sunnah yang menurut mereka tidak sesuai lagi dengan
perkembangan zaman. Beliaupun kemudian mengemukan beberapa contoh
pernyataan-pernyataan nyeleneh dari para tokoh-tokoh Islam Liberal seperti Ulil
Absar Abdallah, Guntur Romli, Musda Mulia, Lutfie Asy Syaukani, Sumanto Al
Qurtuby dan yang lainnya.
Ulil
Absar Abdallah menyatakan dalam sebuah
akun Twitter-nya bahwa Al Qur’an penuh banyak kontradiksi. Tentu hal ini kata
Ust Akmal merupakan ciri orang yang sudah tidak beriman lagi karena mengingkari
salah satu Rukun Iman yakni beriman kepada Kitabullah. Konsekuensinya orang
seperti ini bisa batal keislamannya. Pernyataan
nyeleneh lain dikemukakan oleh Guntur Romli yang menyatakan bahwa untuk menjadi
seorang Nabi merupakan proses kreatif yang dilakukan secara kolektif
sebagaimana Rasulullah merupakan hasil kreasi dari Khadijah dan keluarganya.
Dia ( Guntur Romli) berpandangan bahwa orang bisa saja menjadi nabi sampai
kapanpun asal orang tersebut kreatif dan diakui secara kolektif. Sumanto Al
Qurtuby menyatakan bahwa ketika agama mengurusi masalah seksualitas maka hal
itu menunjukkan rendahnya kualitas agama tersebut. Ust Akmal mengilustrasikan
pemikiran Sumanto Al Qurtuby ini bahwa menurut kaum Liberal alat kelamin itu
sama dengan organ yang lain. Kalau guru dapat uang karena mulutnya yang berbicara,
pengrajin dapat penghasilan dengan tangannya, maka sah-sah saja menurut kaum
liberal orang mencari nafkah dengan berzina alias menjual kelaminnya kepada
orang lain ( melacur) untuk menghidupi keluarganya. Belum lagi pernyataan Musda
Mulia yang menghalalkan kawin sesama jenis dengan cara menyelewengkan kisah kaum Luth dalam Al Qur’an yang
jelas-jelas diadzab oleh Allah karena tindakan sodomi yang mereka lakukan. Sama
ngawurnya dengan tokoh-tokoh JIL yang lain.
Setelah memaparkan beberapa contoh pernyataan
nyeleneh dari para tokoh Jaringan Islam Liberal, Ust Akmal membahas 1 dari 6
landasan pemikiran kaum JIL yang termuat langsung dalam salah satu situs
Jaringan Islam Liberal yakni kebebasan berijtihad bukan hanya dari segi ibadah
maupun muamalah, namun juga dalam
perkara ilahiyat (aqidah). Inilah salah satu landasan pemikiran mendasar JIL
yang sangat menyimpang dalam tinjauan Islam. Mereka (kaum liberal) mengklaim
bahwa perkara-perkara aqidah masih bisa ditafsirkan dan masih bisa
diijtihadkan. Ust Akmal menyebutkan dalam perkara keimanan kepada akhirat
misalnya, kata kaum liberal, orang Islam sangat egois kalau masuk surga sendiri
saja, kan surga itu luas,nanti umat Islam kesepian dalam surga. Kaum JIL juga
menambahkan bahwa diakhirat kelak tiap agama akan memasuki syurga dengan pintunya
masing-masing. Wah sekilas pasti orang yang paham aqidah Islam yang benar pasti
menolak pernyataan-pernyataan seperti ini. Kenapa? Alasan pertama bahwa tidak
ada pernyataan dalam Al Qur’an maupun Hadits yang mengungkapkan hal nyeleneh
tersebut. Paling yang terjadi adalah kaum JIL mengambil sepotong-sepotong ayat
dalam Al Qur’an misalnya pada ayat lakum diinukum waliyadin menurut klaim mereka
bahwa tiap agama punya urusan agama masing-masing jadi samasama menuju Tuhan
yang satu tapi sayangnya mereka melupakan ayat-ayat sebelumnya seperti laa
a’budu maa ta’budun yakni kami tidak menyembah apa yang kalian sembah. Intinya
kata Ust Akmal orang-orang Jaringan Islam Liberal tidak menafsirkan ayat-ayat
Al Qur’an dan Hadits melainkan hanya sekadar spekulasi saja dengan otak dongkol
mereka.
Selanjutnya,
Dr. Muhammad Rusdi dalam pemaparanya yang juga singkat hanya menambahkan penjelasan
penjelasan dari Ust Akmal. Beliau
berfokus pada solusi apa yang mesti dilakukan untuk menangkal JIL ini.
Sebelumnya beliau memaparkan bahwa Islam dan liberal itu sendiri merupakan 2
kata yang saling berlawanan jadi tidak bisa disandingkan. Islam artinya patuh/tunduk
sedangkan liberal artinya bebas. Jadi tidak nyambung. Beliau juga memaparkan
bahwa liberalisme menggerogoti bangsa Indonesia dari berbagai lini kehidupan
baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, maupun dalam bidang pendidikan.
Beliau mencontohkan di Unhas sendiri seperti juga di kampus umum yang lainnya,
dalam ruang kuliah bercampur baurnya laki-laki dan perempuan adalah bagian dari
ide sistem pendidikan liberal. Bagaimana tidak, perempuan diapit oleh 2 orang
laki-laki dalam posisi tempat duduknya. Beliau mengatakan “kalau mau sesuai
syariat mestinya dipisah duduknya antara pihak laki-laki dan perempuan seperti
di ruangan sekarang ini ( Alhamdulillah pada saat kegiatan bedah buku tersebut,
ikhwa dan akhwat dipisahkan oleh kain hijab). Selanjutnya Dr. Muhammad Rusdi
juga mengkritik salah seorang tokoh yang berpemikiran Liberal dari Makassar
yakni Prof Qosim Mathar, Guru Besar di UIN Alauddin Makassar. Beliau dengan
sedikit becanda mengatakan bahwa Prof Qasim Matar tidak pake bismillah saat
membaca buku-buku keislaman sehingga sering ngawur dan berpikiran nyeleneh.
Kegiatan
ini kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Banyak penanya yang sangat
antusias melontarkan pertanyaan yang umumnya berasal dari kalangan mahasiswa.
Ada yang menanyakan tentang bagimana aksi yang lebih besar yang mesti dilakukan
selain Gerakan Indonesia Tanpa JIL sekarang. Adapula yang menanyakan bagaimana
status keislaman para tokoh yang mengatakan bahwa jilbab itu tidak wajib apakah
bisa dihukumi sebagai pelaku kekufuran atau tidak serta ada pula yang
menanyakan tentang syarat-syarat seseorang bisa berijtihad. Semua pertanyaan
tersebut dijawab dengan cukup memuaskan oleh Ust Akmal maupun Dr Muhammad
Rusdi. Pada Kesimpulan dari pemaparannya
Ust Akmal menyampaikan bahwa kita semua mesti mengambil peran dan berkontribusi
dalam melawan propaganda-propaganda dari Jaringan Islam Liberal ini. Kata Ust
Akmal, saya bisa berkontribusi dalam bentuk menulis buku. Beliau
mengatakan bahwa kita mesti
berkontribusi dalam bentuk apa saja, tidak mesti seperti saya kata beliau, Ust Adian
Husaini, Ust Fahmy Zarkasyi atau yang lainnya namun kita bisa berkontribusi
sesuai dengan bidang dan keahlian kita masing-masing. Beliaupun menambahkan
bahwa permasalahan yang dihadapi ummat Islam hari ini sangat kompleks bukan
hanya dari sisi politik yang banyak menjadi tujuan beberapa pergerakan aktivis
Islam, namun juga dari sisi akhlak, moral, aqidah dan yang lainnya. Dalam
bidang media misalnya, kaum Islam Liberal
sangat banyak mengambil peran dalam menyebarkan ide-ide mereka dalam bentuk
tulisan yang justru tulisan mereka lebih sering terbit karena saking
produktifnya, baik dalam bentuk buku, jurnal, surat kabar, bahkan radio maupun
televise pun sudah mereka kendalikan. Solusinya kata Ust Akmal, perubahan itu
harus berawal dari peradaban ilmu. Kita
harus melawan mereka dengan meng-counter pemikiran-pemikiran mereka dengan
Ilmu. Hal tersebut kata beliau yang masih kurang dimiliki oleh generasi muda
kaum Muslimin. Dalam sejarah Islam, perjuangan memenangkan Islam ini berawal
dari tradisi ilmu yang beratus-ratus tahun lamanya dirintis,bukan
menyederhanakan persoalan dan tegesah-gesah/instant dalam menuai hasil.
Sebenarnya
masih banyak hal lain yang belum dimuat dalam pemaparan tulisan ini namun
mudah-mudahan semakin banyak kaum Muslimin yang punya ghiroh dalam berjihad
melawan musuh-musuh Allah, " Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut
(ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya
meskipun orang-orang kafir benci.(QS. Ash Shaff ayat 8). Wallahu a’lam bishowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Syukron telah berkomentar