Jumat, 22 Juni 2012

Catatan Seputar Bedah Buku “ Islam Liberal 101”


Oleh: Abu Muhammad Abdullah Al Munawy
( Ketua Umum UKM LDM AL-ADAAB FIB Unhas Periode  2010-2011 M)

Baru-baru ini, untuk kesekian kalinya Solidaritas Muslim Se Fakultas Ilmu Sosial menyelenggarakan kegiatan  akbar. Kegiatan kali ini bertajuk bedah buku dengan tema “Mengenal dan Menangkal Jaringan Islam Liberal”. Kegitan ini merupakan kerjasama antara Solidaritas Muslim Se Fakultas Ilmu Sosial dengan UKM LDK MPM Unhas serta didukung oleh Komunitas Gerakan Indonesia Tanpa JIL Makassar .Walaupun diselingi berbagai kendala seputar belum fiks-nya tempat kegiatan beberapa hari sebelum hari H, akhirnya qadarullah walhamdulillah kegiatan ini berhasil di adakan di Ruang LT.8  Unhas  pada tanggal 29 Rajab 1433 H/19 Juni 2012. Tidak kurang sekitar 200 peserta ikhwa dan akhwat memadati kegiatan ini yang umumnya merupakan mahasiswa dari beberapa kampus di Makassar.
 Buku yang di bedah pada kegiatan kali ini berjudul Islam Liberal 101 yang dibedah langsung oleh penulisnya sendiri yakni Ust Akmal Sjafril,.ST.,M.PdI sebagai pemateri utama. Beliau merupakan alumni Institut Teknologi Bandung di Jurusan Teknik Sipil. Adapun Program S2 beliau tempuh di Program Pasca Sarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor. Hadir sebagai pemateri pembanding yaitu Bapak Dr. Muhammad Rusdi, MSi. Beliau adalah dosen di Jurusan Administrasi Negara FISIP Unhas yang sangat antusias dalam mengamati isu-isu keislaman. Adapun moderator dalam kegiatan ini adalah Ust Syamsuddin La Hanufi, S.PdI yang sementara menempuh pendidikan S2 di PPS Ibnu Khaldun Bogor.

            Dalam pemaparan awal materinya, Ust Akmal yang juga merupakan salah satu penelitian INSINST ini menggambarkan bahwa Makassar dalam sejarahnya sangat disegani dan terkenal akan ghiroh keislamannya. Beliau menyebutkan sejarah tentang Buya Hamka yang sangat terkesan dengan Makassar dalam sebuah tulisannya. Wajar saja beliau banyak tahu tentang pemikiran Buya Hamka karena tesis untuk program  S2 beliau mengkaji pemikiran Buya Hamka dalam kaitannya dengan toleransi dan Aqidah. Alhamdulillah hasil penelitian dari tesis tersebut pun telah dibukukan.
Setelah memaparkan sekilas tentang pemikiran Buya Hamka terkait Islam di Makassar, Ust Akmal langsung membahas inti dari kegitan bedah buku tersebut yakni mengungkap kerancuan pemikiran Islam Liberal yang dikemukakan oleh para tokoh-tokoh Jaringan Islam Liberal di Indonesia. Karena keterbatasan waktu yang disediakan oleh panitia, beliau tidak membahas keseluruhan dari isi buku poin per poin. Beliau hanya mengambil dari sebagian kecil isi buku saja. Awalnya, beliau menjelaskan tentang pengertian Islam Liberal yang dikemukakan oleh para tokoh, baik oleh para pemikir barat maupun orang JIL sendiri. Intinya kata beliau, para tokoh Liberal sendiri belum paham tentang apa sebenarnya Islam Liberal. Ada seorang tokoh liberal bernama Lutfie Asy Syaukani menyebutkan bahwa Islam Liberal berarti Islam Protestan. Ada juga tokoh Islam liberal yang sekadar mengklaim bahwa Islam Liberal merupakan upaya memajukan pemikiran yang berorientasi pada masa depan dengan bukan berpatokan pada dalil-dalil Al-Qur’an dan As Sunnah yang menurut mereka tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Beliaupun kemudian mengemukan beberapa contoh pernyataan-pernyataan nyeleneh dari para tokoh-tokoh Islam Liberal seperti Ulil Absar Abdallah, Guntur Romli, Musda Mulia, Lutfie Asy Syaukani, Sumanto Al Qurtuby dan yang lainnya.
Ulil Absar Abdallah menyatakan  dalam sebuah akun Twitter-nya bahwa Al Qur’an penuh banyak kontradiksi. Tentu hal ini kata Ust Akmal merupakan ciri orang yang sudah tidak beriman lagi karena mengingkari salah satu Rukun Iman yakni beriman kepada Kitabullah. Konsekuensinya orang seperti ini bisa batal keislamannya.  Pernyataan nyeleneh lain dikemukakan oleh Guntur Romli yang menyatakan bahwa untuk menjadi seorang Nabi merupakan proses kreatif yang dilakukan secara kolektif sebagaimana Rasulullah merupakan hasil kreasi dari Khadijah dan keluarganya. Dia ( Guntur Romli) berpandangan bahwa orang bisa saja menjadi nabi sampai kapanpun asal orang tersebut kreatif dan diakui secara kolektif. Sumanto Al Qurtuby menyatakan bahwa ketika agama mengurusi masalah seksualitas maka hal itu menunjukkan rendahnya kualitas agama tersebut. Ust Akmal mengilustrasikan pemikiran Sumanto Al Qurtuby ini bahwa menurut kaum Liberal alat kelamin itu sama dengan organ yang lain. Kalau guru dapat uang karena mulutnya yang berbicara, pengrajin dapat penghasilan dengan tangannya, maka sah-sah saja menurut kaum liberal orang mencari nafkah dengan berzina alias menjual kelaminnya kepada orang lain ( melacur) untuk menghidupi keluarganya. Belum lagi pernyataan Musda Mulia yang menghalalkan kawin sesama jenis dengan cara menyelewengkan  kisah kaum Luth dalam Al Qur’an yang jelas-jelas diadzab oleh Allah karena tindakan sodomi yang mereka lakukan. Sama ngawurnya dengan tokoh-tokoh JIL yang lain.
 Setelah memaparkan beberapa contoh pernyataan nyeleneh dari para tokoh Jaringan Islam Liberal, Ust Akmal membahas 1 dari 6 landasan pemikiran kaum JIL yang termuat langsung dalam salah satu situs Jaringan Islam Liberal yakni kebebasan berijtihad bukan hanya dari segi ibadah maupun muamalah,  namun juga dalam perkara ilahiyat (aqidah). Inilah salah satu landasan pemikiran mendasar JIL yang sangat menyimpang dalam tinjauan Islam. Mereka (kaum liberal) mengklaim bahwa perkara-perkara aqidah masih bisa ditafsirkan dan masih bisa diijtihadkan. Ust Akmal menyebutkan dalam perkara keimanan kepada akhirat misalnya, kata kaum liberal, orang Islam sangat egois kalau masuk surga sendiri saja, kan surga itu luas,nanti umat Islam kesepian dalam surga. Kaum JIL juga menambahkan bahwa diakhirat kelak tiap agama akan memasuki syurga dengan pintunya masing-masing. Wah sekilas pasti orang yang paham aqidah Islam yang benar pasti menolak pernyataan-pernyataan seperti ini. Kenapa? Alasan pertama bahwa tidak ada pernyataan dalam Al Qur’an maupun Hadits yang mengungkapkan hal nyeleneh tersebut. Paling yang terjadi adalah kaum JIL mengambil sepotong-sepotong ayat dalam Al Qur’an misalnya pada ayat lakum diinukum waliyadin menurut klaim mereka bahwa tiap agama punya urusan agama masing-masing jadi samasama menuju Tuhan yang satu tapi sayangnya mereka melupakan ayat-ayat sebelumnya seperti laa a’budu maa ta’budun yakni kami tidak menyembah apa yang kalian sembah. Intinya kata Ust Akmal orang-orang Jaringan Islam Liberal tidak menafsirkan ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits melainkan hanya sekadar spekulasi saja dengan otak dongkol mereka.
Selanjutnya, Dr. Muhammad Rusdi dalam pemaparanya yang juga singkat hanya menambahkan penjelasan penjelasan  dari Ust Akmal. Beliau berfokus pada solusi apa yang mesti dilakukan untuk menangkal JIL ini. Sebelumnya beliau memaparkan bahwa Islam dan liberal itu sendiri merupakan 2 kata yang saling berlawanan jadi tidak bisa disandingkan. Islam artinya patuh/tunduk sedangkan liberal artinya bebas. Jadi tidak nyambung. Beliau juga memaparkan bahwa liberalisme menggerogoti bangsa Indonesia dari berbagai lini kehidupan baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, maupun dalam bidang pendidikan. Beliau mencontohkan di Unhas sendiri seperti juga di kampus umum yang lainnya, dalam ruang kuliah bercampur baurnya laki-laki dan perempuan adalah bagian dari ide sistem pendidikan liberal. Bagaimana tidak, perempuan diapit oleh 2 orang laki-laki dalam posisi tempat duduknya. Beliau mengatakan “kalau mau sesuai syariat mestinya dipisah duduknya antara pihak laki-laki dan perempuan seperti di ruangan sekarang ini ( Alhamdulillah pada saat kegiatan bedah buku tersebut, ikhwa dan akhwat dipisahkan oleh kain hijab). Selanjutnya Dr. Muhammad Rusdi juga mengkritik salah seorang tokoh yang berpemikiran Liberal dari Makassar yakni Prof Qosim Mathar, Guru Besar di UIN Alauddin Makassar. Beliau dengan sedikit becanda mengatakan bahwa Prof Qasim Matar tidak pake bismillah saat membaca buku-buku keislaman sehingga sering ngawur dan berpikiran nyeleneh.
Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Banyak penanya yang sangat antusias melontarkan pertanyaan yang umumnya berasal dari kalangan mahasiswa. Ada yang menanyakan tentang bagimana aksi yang lebih besar yang mesti dilakukan selain Gerakan Indonesia Tanpa JIL sekarang. Adapula yang menanyakan bagaimana status keislaman para tokoh yang mengatakan bahwa jilbab itu tidak wajib apakah bisa dihukumi sebagai pelaku kekufuran atau tidak serta ada pula yang menanyakan tentang syarat-syarat seseorang bisa berijtihad. Semua pertanyaan tersebut dijawab dengan cukup memuaskan oleh Ust Akmal maupun Dr Muhammad Rusdi.  Pada Kesimpulan dari pemaparannya Ust Akmal menyampaikan bahwa kita semua mesti mengambil peran dan berkontribusi dalam melawan propaganda-propaganda dari Jaringan Islam Liberal ini. Kata Ust Akmal, saya bisa berkontribusi dalam bentuk menulis buku. Beliau mengatakan  bahwa kita mesti berkontribusi dalam bentuk apa saja, tidak mesti seperti saya kata beliau, Ust Adian Husaini, Ust Fahmy Zarkasyi atau yang lainnya namun kita bisa berkontribusi sesuai dengan bidang dan keahlian kita masing-masing. Beliaupun menambahkan bahwa permasalahan yang dihadapi ummat Islam hari ini sangat kompleks bukan hanya dari sisi politik yang banyak menjadi tujuan beberapa pergerakan aktivis Islam, namun juga dari sisi akhlak, moral, aqidah dan yang lainnya. Dalam bidang  media misalnya, kaum Islam Liberal sangat banyak mengambil peran dalam menyebarkan ide-ide mereka dalam bentuk tulisan yang justru tulisan mereka lebih sering terbit karena saking produktifnya, baik dalam bentuk buku, jurnal, surat kabar, bahkan radio maupun televise pun sudah mereka kendalikan. Solusinya kata Ust Akmal, perubahan itu harus berawal dari peradaban  ilmu. Kita harus melawan mereka dengan meng-counter pemikiran-pemikiran mereka dengan Ilmu. Hal tersebut kata beliau yang masih kurang dimiliki oleh generasi muda kaum Muslimin. Dalam sejarah Islam, perjuangan memenangkan Islam ini berawal dari tradisi ilmu yang beratus-ratus tahun lamanya dirintis,bukan menyederhanakan persoalan dan tegesah-gesah/instant dalam menuai hasil.
Sebenarnya masih banyak hal lain yang belum dimuat dalam pemaparan tulisan ini namun mudah-mudahan semakin banyak kaum Muslimin yang punya ghiroh dalam berjihad melawan musuh-musuh Allah, " Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.(QS. Ash Shaff ayat 8). Wallahu a’lam bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syukron telah berkomentar