Jika kita berbicara tentang tema pacaran, tentu tidak asing lagi
bagi muda mudi yang sudah memasuki masa pubertas, masa di mana seorang
pemuda sudah mulai mengenal arti kecantikan seorang wanita, dan begitu
juga sebaliknya, seorang wanita sudah mulai mengenal arti ketampanan
seorang pemuda. Masa muda adalah masa yang labil, masa yang penuh dengan
bermacam fenomena, masa di mana seorang anak manusia cenderung kearah
pencarian jati diri, pengakuan dari individu luar, ingin tau banyak hal
tentang kehidupan, serta membutuhkan rasa kasih sayang dari individu
yang ia anggap mampu memberikan hal tersebut selain orang tua, yaitu
lawan jenisnya. Salah satu fenomena itu ialah yang populer di
sebut pacaran.
Definisi pacaran memiliki makna
tersendiri serta dalam lingkup yang sangat luas, bahkan bisa dikatakan
“pacaran” bukan bahasa definitive yang bisa dipakai untuk mewakili
fenomena yang terjadi terhadap muda mudi tersebut, karena pengertian dan
batasannya tidak sama buat setiap orang sesuai dengan pengalaman
sosio-kulturalnya.
Asal kata “pacaran” dalam bahasa Indonesia
adalah “pacar”, yang memiliki arti, “kekasih” atau teman lawan jenis
yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Yang kemudian
mendapat imbuhan –an atau ber-an yang arti harfiahnya “bercintaan”;
(atau) “berkasih-kasihan” (dengan sang pacar).
Kemudian Wikipedia
mendefinisikan kata “pacaran” sebagai proses perkenalan antara dua insan
manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan
menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan “pernikahan”. Yang pada
kenyataannya, penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan
yang sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari
kesiapan memenuhi persyaratan menuju pernikahan telah dengan nyata
membiasakan tradisi yang semestinya tidak mereka lakukan. Maka tidak
sedikit hal itu disalahartikan oleh kalangan muda mudi yang mengidolakan
pacaran tersebut dengan melakukan tindakan-tindakan yang sangat jauh
dari norma sosial, kesopanan, apalagi agama.
Lalu bagaimana Islam
sebagai agama menyikapi fenomena ini, yang mau tak mau bisa saya katakan
remaja atau muda mudi Islam saat ini hampir kebanyakan mereka menjalani
lakon di atas, baik yang Islamnya hanya tertera di KTP sampai kalangan
yang bisa dikatakan memiliki latar belakang pendidikan agama yang cukup
mumpuni seperti para santri, ustadz, mahasiswa perguruan tinggi Islam,
aktivis Islam, dan lain sebagainya yang menggeluti dunia keislaman,
dengan bermacam istilah lain yang mereka gunakan dalam mengartikan hal
tersebut.
Islam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri
manusia. Karena itu adalah fitrahnya. Ketika seseorang memiliki rasa
cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa. Termasuk rasa cinta
kepada wanita (lawan jenis) dan lain-lainnya. Mari kita telusuri hal ini
dalam arti firmannya di bawah ini:
“Dijadikan terasa indah
dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa
perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk
emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang
baik”. (QS. Ali Imran: 14).
Kitab suci Al-Qur’an tidak
menafikan hal itu bukan? Tapi, cinta yang bagaimana termasuk kategori di
atas, yakni cinta yang mampu memberikan rasa indah dalam pandangan
manusia? Apakah cinta yang dibalut dengan istilah pacaran di atas
termasuk kategori ayat tersebut?
Sahabatku para remaja muslim,
dalam agama Islam kita dianjurkan untuk menjaga pandangan dan memelihara
kemaluan agar kita tidak terjerumus ke dalam lembah ajakan setan
laknatullah, karena setan selalu mengajak anak manusia untuk ingkar
kepada Allah dan syariat yang dibawa oleh utusannya Nabi besar Muhammad
SAW. Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an:
“Katakanlah kepada
orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi
mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”.
Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya…..” (QS. An-Nur: 30-31)
Dalam ayat yang lain kita dilarang mendekati zina.
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”. (QS. al Israa’: 32)
Setujukah
kalian wahai para remaja muslim jika saya katakan pacaran itu adalah
jalan (mendekati) untuk melakukan perbuatan zina? Coba kita perhatikan
apa saja yang sering dilakukan oleh orang yang sedang berpacaran.
Bukankah kalau berpacaran itu tak jauh dari bermesraan, berdua-duaan di
tempat gelap, saling berpegangan tangan, ciuman atau berpelukan, dan
terakhir berbuat zina? Jika memang itu yang terjadi, yuk kita simak
dalam sabda nabi:
“Janganlah sekali-kali seorang laki-laki menyendiri dengan seorang perempuan kecuali ditemani oleh mahram-nya”. (HR. Imam Bukhari)
Dalam hadits riwayat Imam Ahmad, disebutkan pula:
“Janganlah sekali-kali seorang laki-laki menyendiri dengan perempuan yang tidak halal baginya, karena orang yang ketiganya nanti adalah syaithan, kecuali kalau ada mahramnya”.
Sahabatku
para remaja muslim, adakah pacaran tanpa hal-hal negatif di atas? Tanpa
bermesraan, tanpa pegangan tangan, ciuman, pelukan dan seterusnya. Saya
rasa tidak ada, kenapa? Karena pacaran itu menurut saya hanya cinta
kasih yang hanya mengedepankan hawa nafsu belaka, keegoisan, dan rasa
ingin memiliki saja. Remaja muslim jangan tergiur oleh istilah pacaran
Islami, ta’aruf, atau apalah namanya, karena tipu
muslihat setan itu sangat halus saudaraku. Sungguh aneh jika ada yang
mengatakan “kita boleh berpacaran asal itu dilakukan secara islami,
mencintai karena Allah”. Rasanya sangat lucu sekali jika selepas
melakukan hubungan vertikal kepada Allah (shalat) kemudian kita
melakukan hubungan horizontal kepada sang pacar dengan bermesraan lewat
telepon, sms, atau lewat jejaring sosial. Sangat aneh jika setelah
membaca mushaf kemudian kita membaca surat dari sang pacar, pergi ke
majelis ta’lim berduaan pakai motor, dsb. Akhirnya STMJ (shalat terus
maksiat pun jalan) na’udzubillah min dzalik.
Janganlah
kita mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan hanya demi sang nafsu
yang tak pernah kenyang. Tundukkanlah pandangan terhadap lawan jenismu,
agar kau bisa selamat. Karena pandangan itu tak ubahnya seperti sebilah
anak panah yang beracun, jika kau lepaskan ia dari busurnya maka ia akan
mengenai hatimu yang selanjutnya akan membinasakanmu dengan racun
tersebut. Ingatlah bahwa nafsu hanya bisa dikalahkan dengan rasa takut
kepada Allah, dengan mendekatkan diri kepadanya. Semoga Allah memelihara
kita semua dari fitnah zaman ini. Amin yaa robbal a’alamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Syukron telah berkomentar