Senin, 13 Februari 2012

Ironi Hari Valentine: Pembuktian Cinta Dengan Keperawanan?


Perayaan hari velentine adalah  jelas dilarang dalam Islam karena banyak hal, baik merayakan kematian pendeta kafir, tasyyabbuh/ menyerupai orang kafir dan fasik dan membuat hari raya/‘ied yang baru serta dalil logika yang tidak sesuai seperti mengungkapkan cinta kok hanya satu hari saja, membuang-buang harta dan lain-lain.
Dan yang lebih parahnya lagi hari valentine adalah hari “panen dan menuai hasil” bagi para laki-laki hidng belang, serigala berjubah domba, bertingkah kelinci dan bersifat lumba-lumba. Laki-laki pengecut seperti ini memanfaatkan momen yang mungkin di tunggu-tunggu setelah sebelumnya berusaha menanam sedikit tetesan cinta ke dalam ramuan peluruh hati wanita yang bahan utamanya adalah “pengorbanan laki-laki”. Ramuan tersebut disempurnakan dengan sentuhan akhir di momen yang tepat  yaitu bersemaikan butir coklat velentine dan berhias sepenggal syair ungkapan cinta abadi nan palsu. Dengan kodrat titik lemah wanita akan pujian dan perhatian,maka melangitlah setinggi-tingginya wanita tersebut yang sejatinya nanti akan dihempaskan ke dalam karang bumi yang terbawah. Semakin melangit semakin  meninggi, semakin keras terhempas dan semakin dalam terperosok terkubur dalam magma bumi. Jika saja yang kaku terhempas kemudian ditoleh, tetapi ia tergeletak terbengkalai, terbujur kaku dan hanya terlewati oleh serangga dan melata kecil yang sekedar lewat mengais penyambung hidup.

Sungguh ironis mendengar berita di media, mendekati hari valentine, produksi kondom meningkat, dan berita tahun lalu pada pagi harinya setelah malam valentine ditemukan banyak sampah kondom. Yang baru-baru ini berita bahwa coklat valentine dijual satu paket dengan kondom. Katanya karena valentine adalah hari cinta dan pembuktian kasih sayang, dan ironisnya lagi ini ada dipikiran baik laki-laki dan wanita, tetapi apakah pembuktian cinta yang bukan sesungguhnya  dibuktikan dengan berhubungan badan? Atau dibuktikan dengan melepaskan keperawanan?

Pembuktian cinta sejati hanya dengan menikah
Jika ada mengakui mencinta tetapi tidak menikahi atau segera menikahi maka itu semua hanya cinta kasih yang menjelma saja dalam pandangan mata yang berfatamorgana.  Walaupun yang diumbar adalah sajak romantis yang mengalahkan merdu kicauan burung, walaupun sentuhan sayang yang dibelai mengalahkan tetesan embuh dan  walaupun buah tangan yang diberi adalah rangkaian melati bersanggul jelita. Semuanya tanpa pernikahan adalah semi palsu bahkan tipu daya.
Mengapa? karena orang yang paling mengetahui hakikat pembuktian cinta mengatakan bukti cinta adalah menikah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لم ير للمتحا بين مثل النكاح

“Tidak diketahui [yang lebih bermanfaat] bagi dua orang yang saling mencinta semisal pernikahan” [HR. Ibnu Majah no. 1847, Al-Hakim 2/160, Al-Baihaqi 7/78 dishahihkan oleh Al-Albani dalam As- silsilah As-shahihah no. 624]

Ulama pakar hati Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullahu berkata,
وقد اتفق رأي العقلاء من الأطباء وغيرهم في مواضع الأدوية
أن شفاء هذا الداء في التقاء الروحين والتصاق البدنين

“Sungguh para dokter dan yang lainnya bersepakat dalam pandangan orang-orang yang berakal mengenai pengobatan, bahwa obat dari penyakit ini [mabuk cinta] adalah bertemunya dua ruh dan menempelnya dua badan [yaitu menikah]”. [Raudhatul Muhibbin hal. 212, Darul Kutub Ilmiyah, Beirut, 1403 H, Asy-Syamilah]
Sekali lagi, pembuktian cinta hanya dengan menikah!

Cinta prematur dan cinta lelehan lilin
Sebagian manusia terpedaya dengan cinta prematur, cinta yang belum takdir waktunya untuk diturunkan dari langit. Akan tetapi nafsu merenggut dan menarik paksa sehingga ia turun tertatih, cinta seadanya yang dipaksakan bertahan hidup. Atau mungkin akan lenyap dalam beberapa saat karena ia lahir sebelum garis batas waktunya yaitu pernikahan.
Cinta yang diumbar adalah cinta seumur hidup, padahal ikatannya masih belum mempuyai simpul dan tidak jelas. Cinta yang dikira tulus kepada diri dan jiwanya padahal ia hanya cinta kepada kecantikan rupa, hanya cinta pada harta dan kedudukan. Ketika kecantikan bersaing kuat berlomba dengan usia, maka kecantikan perlahan menyerah. Ketika hilang kecantikan, hilanglah cinta, kemana lagi rayuan yang dulu, kemana lagi buah tangan yang dulu, kemana lagi roman picisan. Apakah telah meleleh lebih cepat dari lelehan lilin yang membakar lenyap diri sendiri?
Mereka mengatakan cinta seumur hidup?  Walupun benar,  Jika umur telah menjadi perkara malaikat maut, maka usailah cinta, hanya sekedar menjadi sejarah di dunia yang sebentar lagi dilupakan oleh orang-orang karena episode generasi selanjutnya sudah menunggu. Karena semua yang ada di dunia ini adalah akan sirna, termasuk cinta yang hanya mentok dengan cita-cita ujung dunia saja. Allah Azza wa Jalla berfirman,
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa.” [Ar-Rahman: 55]

Dan bisa jadi jika orang yang saling mencintai di dunia tanpa landasan cinta Allah akan menjadi saling bermusuhan di akhirat, Allah Azza wa Jalla berfirman,
الأَخِلاَّء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ. الزخرف

“Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (Az Zukhruf: 67)

Duhai para wanita dan insan yang mencari cinta, apakah ini cinta yang engkau cari? Cinta yang berumur sehari saja? Atau berumur semalam di malam valentine?

Apakah dan bagaimana cinta yang sejati?
Cinta sejati adalah cinta yang terus menghujam tertancap kuat, tidakkan kecut dengan gelegar halilintar, tidakkan tergeser sejengkal tanah dengan air bah banjir dan tidak mudah berterbangan dengan hujan badai. Ialah cinta sejati karena Allah mencintai seseorang karena ia mencintai Allah. Inilah cinta sejati, cinta yang takkan lenyap, tetap berangkulan di dunia dan berlanjut bersanding di surga akhirat tanpa gangguan cemburu bidadari.

Cinta sejati karena Agama dan akhlaknya. Jika kecantikan masa muda mulai melambaikn tangan, kekuatan tubuh mulai melepas genggamannya akan tetapi agama dan akhlak mulai semakin mendekap erat dan cinta tetap bersemayam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ،
وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ. متفق عليه

“Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih)

Renungkan ringkasan kisah berikut, maka cinta yang sesungguhnya bukan karena kecantikan, harta dan kekayaan, tetapi cinta karena Allah.
Sahabat Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu ketika bepergian ke Syam untuk berdagang. Di tengah jalan, ia bertemu seorang wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama Laila bintu Al Judi. Iapun jatuh cinta sampai tahap terkena penyakit mabuk cinta. Ia sering menyebut-nyebut mama Laila dan mengarang beberapa syair. Ia sejatinya merana karena cinta.
Khalifah Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu merasa kasihan kepadanya. Kemudian umar berkata kepada panglima perang yang akan berperang ke Syam,
قال لصاحب الجيش إن ظفرت بليلى بنت الجودي عنوة
فادفعها الى عبد الرحمن بن أبي بكر

“jika engkau menang dan mendapatkan Laila bintu Al-Judi sebagai tawanan [menjadi budak], maka serahkanlah kepada Abdurrahman bin Abi Bakar”
فظفر بها فدفعها الى عبد الرحمن وأعجب بها وآثرها على نسائه
حتى شكونه إلى عائشة فعاتبته على ذلك ا
“maka Laila bintu Al-Judi menjadi tawanan perang dan diserahkanlah kepada Abdurrahman bin Abi Bakar, dan Abdurrahman bin Abi Bakar lebih mendahulukan [cintanya] dibandingkan istri-istrinya yang lain. Maka istrinya yang lain mengadu kepada Aisyah [saudara Abdurrahman bin Abi Bakar], tetapi teguran Aisyah dibalas olehnya, Abdurrahman berkata,
فقال والله كأني أرشف بأنيابها حب الرمان

“Demi Allah, seakan-akan aku mengisap gigi-giginya yang bagaikan biji delima”[ia sangat menikmmati kecantikan dan kemolekan Laila bintu Al-Judi]
فأصابها وجع سقط له قواها فجفاها حتى شكته إلى

Tak lama kemudian  Laila bintu Al-Judi tertimpa penyakit yang menyebabkan bibir bawahnya terjatuh [wajahnya menjadi jelek], maka Abdurrahman sering berbuat kasar kepadanya [tidak cinta lagi], kemudian Laila bintu Al-Judi mengadu kepada Aisyah maka Aisyah berkata,
فقالت له عائشة يا عبد الرحمن لقد أحببت ليلى فأفرطت
وأبغضتها فأفرطت فإما أن تنصفها وإما أن تجهزها إلى أهله
“Wahai Abdurrahman, dahulu engkau mencintai Laila dan berlebihan dalam mencintainya. Sekarang engkau membencinya dan berlebihan dalam membencinya. Sekarang, hendaknya engkau pilih: Engkau berlaku adil kepadanya atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya. Karena didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun memulangkan Laila kepada keluarganya. (Tarikh Damaskus 35/34 oleh Ibnu ‘Asakir, Darul Fikr, Beirut, 1419 H, Asy-Syamilah]
Catatan:
Seperti inilah akhir cinta hanya karena kecantikan saja, maka perhatikanlah wahai para wanita apakah laki-laki mencintaimu hanya karena kecantikan saja? Atau ia tertarik dengan agama dan akhlakmu? Yang perlu diperhatikan juga bahwa kita tidak boleh mencela sahabat Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anha, karena ada larangan mencela sahabat, setiap orang pasti punya kesalahan, sahabat juga ada yang membunuh dan ada juga yang berzina, tetapi kita tahan lisan supaya tidak mencela mereka. Para sahabat sangat banyak jasanya terhadap Islam, bahkan ia lebih baik dari orang yang mencelanya. Mereka juga ada sudah bertaubat dari dosa-dosa mereka, seperti Umar bin Khattab yang dulu mengubur hidup-hidup bayi perempuannya, dan sahabat yang dulunya kafir dan memerangi keras Islam seperti Khalid bin Walid dan Abu sufyan. Mereka semua sudah bertaubat dan menjadi lebih baik.

Sumber: http://muslimafiyah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syukron telah berkomentar