Salah satu syarat bagi umat Islam keluar
dari persoalan adalah persatuan, termasuk dalam menangkal aliran atau
paham sesat di Indonesia,seperti paham Syi’ah. Karenanya, umatpun
diharap bisa satu sikap dan tindakan dalam masalah Syiah. Walau di
kalangan elit ormas ada yang “membela” Syi’ah, namun umat Islam yang
lain diharap bisa bersikap tegas, tanpa menunggu kebijakan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) mensikapi paham Syi’ah.
Demikian pernyataan pemerhati masalah Syiah, Prof. Dr. Mohammad Baharun, SH,MA dalam acara “Bedah Aqidah Syi’ah” di masjid Istiqomah Kota Bandung, Ahad (25/3/2012) kemarin. Acara yang di prakarsai Dewan Dakwah Islam Indoensia (DDII) Jabar tersebut mampu menarik delapan ratusan peserta.
Menurut Baharun, umat Islam bisa merespon langsung setiap ada gerakan penyesatan aqidah termasuk gerakan Syi’ah kini, dinilai mulai berani terang-terangan menunjukan kegiatannya.
“Jangan menunggu “perintah” dari MUI, kita harus bisa merespon sendiri dengan kekuatan umat.Arus bawah akan lebih efektif jika bergerak,” ujar Ketua Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI Pusat tersebut.
Dirinya juga meminta umat Islam (kalangan Sunni) tidak berdebat dengan Syi’ah dalam masalah fiqh (hukum). Namun harus pada pokok persoalan, yakni soal aqidah. Karena menurut Baharun, fiqh boleh saja berbeda akan tetapi jika aqidah-nya berbeda maka sejatinya telah sesat .
Sementara menjawab pertanyaan peserta, mungkinkah Sunni-Syi’ah bersatu? Dengan tegas Baharun menjawab jika aqidah sudah berbeda, maka itu sebuah kemustahilan. Dirinya juga menjelaskan jika upaya persatuan Sunni-Syi’ah seperti yang diklarasikan Majelis Ukhuwah Sunni-Syi’ah hanyalah pembohongan dan penyesatan opini umat saja.
Namun Baharun berpendapat upaya dialog dengan kalangan Syi’ah masih terbuka jika hal tersebut dilakukan secara fair. Hanya saja menurutnya, dialog yang pernah dilakukan sering gagal dan tidak menemui titik temu dan menyelesaikan inti persoalan.
Hal tersebut juga diamini dosen Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah M. Natsir-DDII Jakatra, Anung Al-Hammat,Lc,M Pd yang turut menjadi narasumber.
Demikian pernyataan pemerhati masalah Syiah, Prof. Dr. Mohammad Baharun, SH,MA dalam acara “Bedah Aqidah Syi’ah” di masjid Istiqomah Kota Bandung, Ahad (25/3/2012) kemarin. Acara yang di prakarsai Dewan Dakwah Islam Indoensia (DDII) Jabar tersebut mampu menarik delapan ratusan peserta.
Menurut Baharun, umat Islam bisa merespon langsung setiap ada gerakan penyesatan aqidah termasuk gerakan Syi’ah kini, dinilai mulai berani terang-terangan menunjukan kegiatannya.
“Jangan menunggu “perintah” dari MUI, kita harus bisa merespon sendiri dengan kekuatan umat.Arus bawah akan lebih efektif jika bergerak,” ujar Ketua Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI Pusat tersebut.
Dirinya juga meminta umat Islam (kalangan Sunni) tidak berdebat dengan Syi’ah dalam masalah fiqh (hukum). Namun harus pada pokok persoalan, yakni soal aqidah. Karena menurut Baharun, fiqh boleh saja berbeda akan tetapi jika aqidah-nya berbeda maka sejatinya telah sesat .
Sementara menjawab pertanyaan peserta, mungkinkah Sunni-Syi’ah bersatu? Dengan tegas Baharun menjawab jika aqidah sudah berbeda, maka itu sebuah kemustahilan. Dirinya juga menjelaskan jika upaya persatuan Sunni-Syi’ah seperti yang diklarasikan Majelis Ukhuwah Sunni-Syi’ah hanyalah pembohongan dan penyesatan opini umat saja.
Namun Baharun berpendapat upaya dialog dengan kalangan Syi’ah masih terbuka jika hal tersebut dilakukan secara fair. Hanya saja menurutnya, dialog yang pernah dilakukan sering gagal dan tidak menemui titik temu dan menyelesaikan inti persoalan.
Hal tersebut juga diamini dosen Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah M. Natsir-DDII Jakatra, Anung Al-Hammat,Lc,M Pd yang turut menjadi narasumber.
Menurut Anung, berangkat dari pengalamannya
selama ini beberapa kali melakukan dialog dengan kalangan Syi’ah,dialog
bukanlah solusi utama.
“Sampai saat ini kita menilai semua dialog yang pernah kita lakukan tidak ada titik temu. Namun jika mereka fair dan terbuka, kita siap, ” tegasnya.
Anung sendiri berharap dauroh dan kajian tentang Syi’ah perlu diselenggarakan kepada umat. Sehingga umat Islam mempunyai pemahaman yang utuh tentang Syi’ah. Dengan pemahaman yang utuh tersebut diharapkan umat bisa bersikap tegas.
“Sehingga tidak ada lagi umat Islam yang mengaku dan berpaham Susyi (Sunni-Syi’i),” harap Anung.
“Sampai saat ini kita menilai semua dialog yang pernah kita lakukan tidak ada titik temu. Namun jika mereka fair dan terbuka, kita siap, ” tegasnya.
Anung sendiri berharap dauroh dan kajian tentang Syi’ah perlu diselenggarakan kepada umat. Sehingga umat Islam mempunyai pemahaman yang utuh tentang Syi’ah. Dengan pemahaman yang utuh tersebut diharapkan umat bisa bersikap tegas.
“Sehingga tidak ada lagi umat Islam yang mengaku dan berpaham Susyi (Sunni-Syi’i),” harap Anung.
Seperti telah diberitakan sebelumnya, dalam
acara ini, panitia juga dikabarkan telah menangkap seorang yang mengaku dibayar untuk membagi-bagi makalah
berupa propaganda berbau Syiah.*
Sumber: Hidayatullah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Syukron telah berkomentar