Sabtu, 28 Januari 2012

Kisah Imam Bukhari


Pergi keluar untuk menuntut ilmu, mempelajari dan mengumpulkan hadits-hadits Rasulullah bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Tapi itulah minat dan kecintaan lelaki luar biasa ini. Kesungguhannya sangat ketliayan walaupun umurnya masih muda remaja. Pernah Imam Bukhari bermusafir 8,000 kilometer untuk mendapatkan satu hadits saja.

Bagaimanapun, beliau sangat teliti dalam menyaring Hadits-hadits yang diterimanya sebelum mengklasifikasikannya sebagai Hadits sahih.

Suatu ketika beliau pergi ke rumah seorang perawi Hadits. Beliau melihat sang perawi hadits tersebut sedang memberi makan kepada binatang ternakannya. Namun ternyata dia menabur pasir bukan makanan untuk hewan itu agar hewan ternaknya mendekatinya.

Melihat perbuatan perowi hadits tersebut, terbesit di hati Imam Bukhari, “Jika orang ini berlaku tidak jujur dengan hewan, apalagi terhadap manusia dan ilmu??”. Kemudian beliau pergi berlalu meninggalkan perowi hadits tersebut tanpa mengambil sedikitpun hadits darinya.

Bagaimanapun, sekiranya beliau tidak menerima Hadits-hadits yang ragu akan perawiannya, Imam Bukhari tidak menyebut-nyebut keaiban perawi-perawinya, apalagi mengumpat atau mencela mereka. Beliau hanya mengatakan, “Hadits ini tidak mencukupi syarat-syarat yang diperlukan untuk diakui sebagai Hadits yang sahih” atau “Hadis ini tidak dipakai.”

Sewaktu kecilnya, Imam Bukhari telah hilang penglihatannya. Ibunya tidak putus-putus berdoa kepada Allah agar penglihatan anaknya pulih. Hinggalah pada satu malam si ibu yang berhati mulia itu telah bermimpi bertemu Nabi Ibrahim.

Dalam mimpinya itu Nabi Ibrahim berkata, “Wahai ibu! Allah telah mengembalikan penglihatan anakmu disebabkan doamu yang tulus dan sepenuh hati.”

Keesokan harinya, ketika si ibu bangun dari tidur, beliau amat terkejut dan gembira melihat anaknya Muhammad (nama asli Imam Bukhari) pulih penglihatannya.

“Muhammad… Apakah engkau bisa melihat kembali?” tanya ibunya.
“Ya, wahai ibu, berkat doa ibu,” jawab Imam Bukhari dengan wajah ceria. Berkat doa ibunya juga, Imam Bukhari terbuka hatinya untuk mendalami ilmu terutama ilmu tentang Hadits. Sebagai tanda kesyukuran, si ibu merelakan anaknya berpisah daripadanya dan merantau menuntut ilmu.

Imam Bukhari telah menghabiskan sebagian umurnya mengembara ke berbagai tempat untuk belajar dan mengumpulkan Hadits untuk dimuat di dalam kitabnya “Shahih Bukhari”.

Pada suatu malam Imam Bukhari bangun menyalakan lampu lalu pergi menyucikan diri. Kedinginan malam langsung tidak menggoyahkan azam(keinginan) dan niatnya untuk bermunajat kepada Allah, seolah dia sudah lupa dengan kedinginan malam itu.

Setelah menunaikan beberapa rakaat shalat, dia mengambil masa menulis dan menyalin kembali Hadits-hadits yang baru diterimanya. Menjelang Subuh, beliau menyambung sholatnya sebanyak 13 rakaat lagi.

Pada masa yang lain pula beliau hendak berwudhu dan melakukan shalat dua rakaat setiap kali hendak menulis (menaqalkan) sebuah Hadits di dalam kitabnya “Shahih Bukhari”. Bagi beliau, Hadits adalah wahyu Allah juga, maka kepada-Nya beliau mohon pertolongan untuk menyempurnakan pekerjaan mengumpulkan dan menyaring Hadits-hadits yang disampaikan oleh Rasulullah.

Beliau juga dikenali sebagai ahli khusyu'. Pernah Imam Bukhari meminta tolong kawan-kawannya membuang sesuatu di belakang tubuhnya yang dia rasakan setelah sholatnya .

“Masya-Allah, kau disengat lebah,” seru kawan-kawannya dengan nada kaget. Di belakang tubuh Imam Bukhari terdapat lebam bekas sengatan lebah. biasanya, orang yang tersengat hingga lebam tentu akan menjerit dan mungkin jatuh pingsan. Namun alangkah takjubnya, sengatan lebah itu tidak sedikit pun mengganggu sholatnya hingga selesai.

Namun tidak ada yang aneh bagi manusia mulia seperti Imam Bukhari ini. Sejak ia mulai takbir yang pertama untuk sholat hingga salam tiada ruang di hatinya untuk yang lain selain bermunajat kepada Allah semata..... Lalu bagaimana dengan kita??? Mari koreksi diri kita sendiri.... Nas'alullaha lanaa walakum......
— bersama Ibnu Sulaiman dan Rizqianto Hermawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syukron telah berkomentar