Ketua Umum Wahdah
Islamiyah Muhammad Zaitun Rasmin yang sejak hari pertama mengikuti
pertemuan para ulama Madura dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat
mengaku gembira dengan kedatangan para kiai asal Madura untuk mencari
penyelesaian terkait Syiah di Jawa Timur, Madura dan sekitarnya.
“Bagaimanapun juga, kita tidak ingin berita di media massa terjadi
simpang siur, karena ternyata tidak semua yang diberitakan itu begitu
kejadiannya. Simpang siur pemberitaan yang dimaksud adalah, mulai dari
latar belakang kejadian, tuduhan adanya konflik keluarga, termasuk
tuduhan adanya pembakaran pondok pesantren. Intinya, mereka menyayangkan
kejadian itu sekaligus ingin meluruskan pemberitaan media massa, seolah
ada pembakaran pondok pesantren,” ujar Zaitun.
Dalam pertemuan itu, mereka menjelaskan fakta di lapangan, termasuk
kronologis yang terjadi di sana, tak terkecuali perkembangan Syiah
sebelumnya dan pergolakannya. Hadir adik Tajul Muluk untuk menjelaskan
betapa agresifnya kaum Syiah menebar ajaran sesatnya
Dan, sebetulnya sudah ada upaya pendekatan persuasif, berupa nasihat,
peringatan-peringatan agar tidak mengembangkan ajaran Syiah di Madura,
tapi kemudian kelompok Syiah tidak mengindahkan. Meski demikian, ulama
asal Madura itu menyayangkan tindakan anarkis.
“Yang pasti, tidak satu pun ulama ahlu sunnah yang menyukai
tindakan anarkisme. Di sisi lain, ulama asal Madura itu juga ingin agar
masyarakat, pemerintah, tokoh organisasi, dan LSM, tidak melihat
permasalahan ini sepotong-sepotong, dengan kata lain tidak hanya melihat
kejadian itu saja, tapi lihat akar permasalahannya. Mungkin saja,
tindakan anarkis itu karena ada provokatornya,” jelas Pimpinan Wahdah
Islamiyah ini.
Kedatangan ulama Madura ke MUI Pusat, PBNU, Mahkamah Konstiutusi
(Mahfud MD), DPR, dan Menag dimaksudkan untuk mencari penyelesaian, agar
masalah terkait Syiah ini bisa dituntaskan. Disamping itu, mereka juga
meminta MUI Pusat untuk segera mengeluarkan Fatwa Kesesatan MUI,
mendukung Fatwa MUI Jawa Timur dan Fatwa MUI se-Madura. Menariknya, NU
Jatim mendukung 100 %, Fatwa sesat Syiah.
Perlu Fatwa Sesat
Seperti diketahui, MUI Pusat telah mengurai kriteria penyimpangan
ajaran Syiah. Bahkan tokoh pendiri NU KH. Hasyim Asy’ari menilai Syiah
adalah sesat. “Kita berharap, permasalahan ini jangan terlalu lama
dibiarkan dan mengambang. Karena nantinya aparat hukum di lapangan tidak
punya pegangan kalau masalah ini tidak disikapi secara tegas.”
Ustadz Zaitun yakin, bahwa MUI sebetulya serius menyelesaiakan hal
ini terkait Syiah. Hanya saja ada oknum di MUI yang bicara seolah
mewakiili MUI. Ketika ditanya, apakah sebaiknya oknum MUI itu
dikeluarkan saja dari MUI?
“Itu urusan pimpinan MUI, apa yg terbaik, tapi sebaiknya diclearkan.
Kita berharap, persoalan ini tidak menimbulkan friksi diantara para
tokoh pimpinan MUI,” ujarnya Zaitun.
Mengenai adanya tokoh nasional yang kerap membela syiah, kata Zaitun,
kemungkinan mereka menerima informasi yang tidak lengkap. Seharusnya
umat Islam belajar dan mendalami tentang sejarah yang menyangkut Syiah.
Selama ini, kita hanya mengetahui secara umum, sehingga ada yang
mengatakan itu, bahwa Syiah itu bagian dari madzhab. Orang sering
memandangnya dari sisi perasaan, berdalih atas nama HAM.
“Justru kaum Syiah hendaknya tidak menganggu kebebasan dan keyakinan
orang lain, harus punya etika. Sebagai contoh, sahabat Nabi Saw yang
diagung-agungkan oleh ahlu sunnah, justru dicela, dikafirkan kelompok Syiah. Ini jelas memicu persoalan,” tandas Zaitun.
Zaitun tidak ingin mensejajarkan Syiah dengan Ahmadiyah. Tentu,
Ahmadiyah , katanya, lebih parah lagi, yakni meyakini adanya nabi
setelah Nabi Muhammad Saw. Syiah jelas-jelas mengkafirkan sahabat,
murtad, padahal ini doktrin yang salah.
“Kalau mau damai, hendaknya jangan suka mencaci dan memaki sahabat
Nabi Saw. Dan kaum Syiah jangan menyebarkan ajaran Syiah di wilayah kaum
Sunni (ahlu Sunnah). “
Zaitun menilai, paham Syiah ini sangat berbahaya dan mengancam NKRI.
“Kalau melihat berbagai kejadian di Timur Tengah, ada perbedaan yang
sangat tajam, dan nampak agresifitas Syiah di sana. Tapi kita berharap,
apa yang terjadi di Timur Tengah, tidak sampai berimbas ke Indonesia.
Karena hal itu tidak menguntungkan kaum muslimin.” (Desastian)
Sumber: http://www.voa-islam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Syukron telah berkomentar